Oke jadi pertama-tama, ini bukunya lumayan
tipis cuma 221 halaman. Bisa dibaca cepet, tapi kalau aku sih tetep enggak bisa
kalau dibaca sekali duduk.
Aku baca buku ini atas rekomendasi seorang
booktwt yang muncul di twitter, di litbase juga. Jadi aku penasaran dan waktu
itu aku baru di perjalanan baca buku Sylvia’s Letters. Setelah selesai baca
buku Sylvia, aku kemudian langsung baca Sang Alkemis. Untung ada di gramdig,
jadi nggak perlu nunggu check out dulu baru bisa baca.
Di bagian awal, ada seperti pembuka gitu,
tulisannya tentang Yesus dan Maria. Lalu di bawahnya ada tulisan “Lukas 10:
38-42”. Lalu aku berpikir mungkin buku ini berisi tentang ajaran-ajaran Kristiani
(?). Terus di prolog juga aku nggak paham, jadi aku putuskan untuk lanjut baca
aja.
Ceritanya tentang anak laki-laki gembala
domba yang suka jalan-jalan, traveling gitu. Suatu hari dia dapat mimpi, tentang
harta karun. Lalu dia coba untuk cari tau arti mimpinya, dan disuruh untuk
mengikuti kata mimpi tersebut (cari harta karun ke tempat jauh sekali). Terus dia ini awalnya nggak percaya, tapi kemudian dia ketemu sang raja, lalu singkatnya dia
berangkatlah memulai perjalanannya.
Di perjalanan, anak laki-laki ini menemui
banyak sekali cobaan, kasihan ya. Mungkin kalau aku jadi dia aku bakal pulang
aja sambil nangis. Tapi karena anak laki-laki ini tangguh dan dia pernah dengar
kalimat ini; “Saat engkau menginginkan sesuatu, seluruh jagat raya bersatu padu
untuk membantumu meraihnya.” Jadi dia tidak menyerah. Dan aku bangga banget
sama anak ini.
Oh, ya. Ternyata di buku juga diceritakan
tentang orang-orang Muslim yang diharamkan minum anggur, tentang wanita gurun yang ditakdirkan menunggu laki-lakinya pergi untuk kembali, dan yang lain-lain
juga (udah lupa). Aduh pokoknya harus baca deh! Kalau semua yang ada di
kepalaku harus ditulis di sini nanti bukan jadi ulasan lagi tapi pelanggaran
hukum karena malah membeberkan isi cerita buku semuanya.
Jadi intinya, cerita buku ini tentang perjuangan seseorang untuk mengikuti kata hatinya meraih mimpi. Bahwa mimpi bisa menjadi kenyataan. Bahwa pertanda-pertanda dari Tuhan itu ada. Bahwa kamu bisa menjadi angin kalau kamu mau. Bahwa semua yang kamu impikan itu mungkin. Dan bahwa alam semesta selalu mendengar bisikanmu.
“Setiap orang punya cara masing-masing
untuk mempelajari sesuatu. Cara dia tidak sama dengan caraku, begitu pula
sebaliknya. Tapi kami berdua sama-sama sedang mencari takdir kami, dan aku
menghormatinya untuk itu.” -116
“Itulah yang dilakukan para alkemis. Mereka
menunjukkan bahwa kalau kita berusaha menjadi lebih baik, segala sesuatu di
sekitar kita akan ikut menjadi lebih baik.”
Katanya, Tuhan bersemayam di dalam diri semua orang yang bahagia.
Komentar
Posting Komentar