Langsung ke konten utama

Better Days (2019)



Aku nggak suka film happy ending. Aku suka film yang bisa bikin aku nangis se ember. Aku suka film yang bisa bikin aku terobrak abrik. Aku suka film yang bisa bikin aku hancur hahahah.

Terakhir kali nonton film kayak gini yaitu film Monster (2023) itu film jepang. Sekarang aku abis nonton film china judulnya Better Days (2019). Aku sekarang jarang nulis tentang apa yang kurasakan setelah baca buku atau film. Tapi pengecualian buat buku atau film yang berhasil menghancurkanku :D. Di awal film emang udah ada semacam tulisan pengantar tentang bullying. Aku nggak ekspek apa-apa sama film ini karena aku nggak baca sinopsis atau cari tau trigger warning. Cuma modal satu editan di reels, ternyata filmnya bangsat banget. Aku merasa dunia sangat jahat. Pokoknya dunia ini JAHAT BANGET!!!

Bodo amat aku mau spoiler alurnya. Ceritanya tuh ada anak perempuan yang meninggal karena bundir, dia gak kuat di bully. Terus ternyata setelah anak itu meninggal, sasaran bullying selanjutnya adalah Chen Nian. Dia cuma anak ambis biasa yang belajar giat buat ujian masuk perguruan tinggi (Gaokao). Ibunya jualan masker tapi sepertinya ilegal gitu. Lalu dia suatu hari ketemu Bei yang lagi dipukuli. Terus dia telpon polisi tapi malah ikutan dihajar sama anak-anak yang mukul Bei. Terus akhirnya sejak itu Bei sering nemuin Nian. Tapi Nian terlalu angkuh dan sering menyepelekan Bei karena dia anak berandal. Suatu hari Nian dibully parah, aku sakit banget nontonnya. Terus Nian minta tolong Bei buat jagain dia. Terus setiap Nian kemana mana selalu ada Bei jagain di belakangnya atau di seberang jalan.

Suatu hari gatau kenapa, anak yang bully Nian (Wei Lei) tuh minta maaf. Terus ngejar-ngejar Nian terus. Terus gak sengaja Wei Lei kedorong dan jatuh ditangga sampe mati.

Bei yang mau jagain Nian sampe akhir jadinya bikin skenario yang seakan akan Wei Lei mati karena abis diperkosa sama Bei. Terus dia juga sempet pura-pura mau perkosa Nian biar ditangkap polisi dan Nian bisa lanjut ujian Gaokao dan bisa kuliah. Sebenernya polisi curiga karena tersangka utama tetep Nian. Tapi mereka berdua hebat banget bohongnya anjir keliatan Bei sungguh2 mau melindungi Nian, tapi sebenernya Nian juga gak tega kalo yang harus dihukum si Bei. Di akhir cerita di kasih tau kalau akhirnya Nian dapet hukuman kalo ga salah 4 tahun. Lalu Nian jadi guru bahasa inggris, dia tau ada anak yang dibully di kelasnya terus dianter pulang, waktu di jalan pulang, Bei ngikutin di belakang sambil senyum.

(foto dari pinterest)


Diva Dipxie // Diva Alayna Suwito 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

You've Reached Sam

 3/5 ⭐ Aku tidak menaruh ekspektasi apa-apa sama buku ini. Covernya udah banyak aku lihat di mana-mana. Tapi baru punya kesempatan untuk bacanya sekarang. Aku baca juga karena ada salah satu mutualku yang baca juga, dan karena waktu itu bingung mau baca apa, jadi aku ikut baca juga dan kebetulan bisa langsung pinjam di Libby. Oke, jadi ternyata buku ini bercerita tentang kisah remaja bernama Julie dan Sam. Mereka sepasang kekasih, tapi mereka masih SMA. Terus suatu ketika ada kejadian yang membuat Sam ini kecelakaan dan meninggal. Sumpah aku ga terlalu memperhatikan bagian sinopsis, jadi agak kaget (ini bukan spoiler ya). Lalu entah bagaimana caranya, mereka terhubung lagi lewat telepon. Dan anehnya, telepon yang bisa digunakan cuma telepon milik Julie aja. Jadi Julie setiap hari telponan sama Sam. Apa aja masalahnya selalu dikasih tau ke pacarnya. Tapi jadinya Julie jadi susah move on, dan itu berbahaya. Sebenernya aku nggak terlalu nangis. Sedih, tapi aku nggak bisa relate. A

The Poppy War (Perang Opium)

    5/5⭐⭐⭐⭐⭐ Baiklah. Walaupun aku sedikit tidak siap, tapi aku tetep akan nulis. Mumpung masih inget dan semangat. (⚠️Spoiler warning!⚠️) Oke. The Poppy War adalah sebuah series trilogy dari penulis asal China, Rebecca F. Kuang. Buku yang kedua berjudul The Dragon Republic, dan yang ketiga adalah The Burning God. Awalnya, kupikir sampul buku versi Indonesia (yang terpampang di atas) itu adalah sampul asli dari buku aslinya. Ternyata nggak, ternyata sampul aslinya warna putih. Padahal selama ini aku mengenali The Poppy War dari sampulnya yang ini, yang terbakar, keren. Tapi sampul tuh nggak masalah, walaupun aku sebenarnya mau bilang kalau aku pribadi lebih suka sampul versi Indonesia hehe <3 Seperti biasa, dalam rangka menghemat pengeluaran, aku baca buku ini dari Gramedia digital. Jumlah halamannya 565. Iya. Aku serius. Dan tentu saja mataku pedes, kepalaku pusing. Tapi ya mau gimana lagi. Aku merasa ini worth it, gapapa uangnya bisa buat ditabung untuk beli buku kedua dan