Langsung ke konten utama

Monster (2023)




Ini ditulis tanggal 3 Februari 2024

I think I will never recover from this.

Aku kemarin nonton film sedih. Judulnya monster. Aku masih mau nangis terus setiap keinget tuh. Aku pikir ini ceritanya seram tentang monster atau genre thriller gitu. Tapi aku salah besar. Aku butuh bercerita karena I cant get this out of my head and I think I’ll explode if Im not write this down.

So, ceritanya bermula dari kehidupan normal seorang ibu tunggal yang anak cowoknya kelas 5 sd, namanya Minato. Dia di sekolah normal2 aja. Tapi suatu waktu, ibunya menemukan keanehan sama anaknya. Dia merasa aneh soalnya anaknya tiba-tiba gunting rambutnya. Terus besoknya anaknya sepatunya hilang satu. Terus besoknya di tempat minum anaknya ada pasir sama kerikil. Dia pikir ada yang ga beres sama anaknya di sekolah, di bully atau apa. Tapi sebenernya dia gak dibully.

Tapi dia bohong sama ibunya dan sama pihak sekolah kalau dia diperlakukan dengan ga baik sama gurunya, Hori Sensei. Padahal gurunya ini ga salah apa-apa. Dia cuma jadi guru seperti biasa. Dia pernah enggak sengaja nyikut hidungnya Minato sampe mimisan, tapi itu nggak sengaja karena Minato tiba-tiba tantrum banting barang2 di kelas terus mau ditenangkan sama Hori sensei tapi nggak bermaksud malah jadi kena hidungnya dan berdarah gitu. Terus dikiranya itu kekerasan dan Minato bilangnya juga gitu. Dia juga bilang kalau dia dikatain “Otak Babi” sama Hori sensei. Padahal enggak.

Terus masalahnya ternyata adalah, si Minato suka sama temen sekelasnya. Tapi dia cowok juga. (Aku tau ini ngagetin) Terus dia denial. Dia takut sama perasaannya sendiri. Dia bohong tentang perlakuan Hori sensei, karena dia gabisa jujur kalau dia suka sama cowok. Namanya Yori. Hoshikawa Yori. Dia anak yang manis, dan lucu dan ceria. Suka sekali liat senyum manisnya. Tapi anak manis ini ternyata ayahnya nggak baik. Ayahnya bilang dia sakit, nggak normal, dan otak babi. Dia mau disembuhin biar jadi manusia normal lagi. Tapi dia cuma anak kecil kelas 5 sd yang nggak tau apa-apa. Dia cuma tau dipukul itu sakit, dan disayang itu senang.

Dia temenan sama Minato. Minato baik sama Yori. Nggak kayak temen-temennya di sekolah yang sering ngejek dan ngebully Yori. Yori di rumah sering dimarahin dan dipukul dan diperlakukan nggak baik sama ayahnya. Yori nggak punya ibu. Yori juga dijahatin sama temen temen di sekolah padahal Yori nggak pernah ngapa-ngapain. Terus Yori seneng pas bisa jadi temennya Minato, walaupun harus diem-diem temenannya. Soalnya Minato takut ikut dibully juga kalau ketahuan temenan sama Yori. Aku sedih banget. Hati aku sakit sekali. Yori cuma anak kecil. Kenapa dunia jahat banget sama Yori, emangnya Yori salah apa? Aku ga bisa berhenti nangis dari kemarin.

Waktu ada kebakaran di bar hostes, itu Yori yang bakar, karena ayahnya sering kesana. Terus waktu lagi main sama Minato di hutan dekat gerbong kereta terbengkalai, mereka mau ngubur kucing mati. Tapi sama Yori mau dibakar, Minato khawatir kalau bakal kebakaran, jadi dia isi tempat minumnya pake air sungai yang banyak pasirnya, terus dipadamin apinya. Terus korek api di tangannya Yori direbut sama Minato. Dia bawa pulang koreknya, terus ketauan ibunya. Ibunya pikir mungkin yang dibilang Hiro sensei bener kali ya tentang Minato yang ngebully Yori, karena dia nemu benda tajam di tas Minato kan. Terus pas ketemu Yori, tangannya ada luka bakar. Mungkin ibunya pikir bisa jadi emang Yori dibully disekolah dan bisa jadi Minato yang melakukannya juga.

Terus waktu Minato tiba-tiba potong rambut, itu dia denial, karena rambutnya abis dipegang sama Yori. Waktu sepatunya hilang satu, itu dia pinjemin salah satu sepatunya buat Yori. Karena sepertinya Yori kena bully lagi dan sepatunya hilang entah kemana. Kasian banget Yori, tapi dia beruntung dan pastinya bersyukur karena ada Minato yang baik.

Aku paling sedih dan kaget dan gatau bgimana lagi pas Minato nyusup ke rumah Yori dan nemu Yori kedinginan di bathub. Dia tarik Yori keluar dari sana, bajunya basah kuyup dan dia kayak ga sadar. Punggungnya penuh luka lebam. Sakit bgt hatiku ya Allah. Dia cuma anak kecil. kenapa ayahnya jahat banget????

Aku sungguh bertanya tanya. Kalau anak sekecil itu aja bisa punya perasaan kayak gitu, jadi apakah hal tersebut sungguhan hal yang gapapa? Apakah itu normal? Tentu saja enggak kan? Mereka jelas menyimpang. Tapi itu anak kecil. Emang anak kecil tau apa tentang menyimpang?

Ada sebuah scene dimana Minato pergi ke rumah Yori sebelum adegan bathub, lalu Yori bilang "aku udah sembuh." Minato tanya "sembuh dari apa?" Intinya yori jawab dari penyakitku. Aku sudah normal sekarang. Terus Minato jawab “you were always normal” lalu Yori bilang kalau dia suka sama perempuan di rumah neneknya (Kayaknya disuruh ayahnya). Lalu selanjutnya bilang kalau dia bohong. Terus dia diseret masuk rumah sama ayahnya sambil dipukulin atau dikasarin deh pokomya Yori bilang sakit.

Aku udah bingung mau nulis apa lagi yang jelas aku masih bertanya tanya tentang perspective “normal” ini. Jadi apakah anak anak itu normal atau enggak? Lalu siapa monsternya? Apakah monsternya mereka yang menyimpang? Atau justru kita yang menghakimi perasaan mereka? Perasaan itu tumbuh begitu saja kan? Jadi siapa yang salah?

Aku sudah merasa cukup baik karena aku bisa keluarin unek unekku. Kalau ditulis di jurnal tulis tangan bakal capek bgt dan malah males, untung aku punya opsi nulis disini. Walaupun ga punya temen buat diskusi, setidaknya aku punya tempat untuk menulis. Aku nggak peduli kalau susunan tulisannya nggak jelas.


Diva Dipxie // Diva Alayna Suwito

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Better Days (2019)

Aku nggak suka film happy ending. Aku suka film yang bisa bikin aku nangis se ember. Aku suka film yang bisa bikin aku terobrak abrik. Aku suka film yang bisa bikin aku hancur hahahah. Terakhir kali nonton film kayak gini yaitu film Monster (2023) itu film jepang. Sekarang aku abis nonton film china judulnya Better Days (2019). Aku sekarang jarang nulis tentang apa yang kurasakan setelah baca buku atau film. Tapi pengecualian buat buku atau film yang berhasil menghancurkanku :D. Di awal film emang udah ada semacam tulisan pengantar tentang bullying. Aku nggak ekspek apa-apa sama film ini karena aku nggak baca sinopsis atau cari tau trigger warning. Cuma modal satu editan di reels, ternyata filmnya bangsat banget. Aku merasa dunia sangat jahat. Pokoknya dunia ini JAHAT BANGET!!! Bodo amat aku mau spoiler alurnya. Ceritanya tuh ada anak perempuan yang meninggal karena bundir, dia gak kuat di bully. Terus ternyata setelah anak itu meninggal, sasaran bullying selanjutnya adalah Chen Nian.

You've Reached Sam

 3/5 ⭐ Aku tidak menaruh ekspektasi apa-apa sama buku ini. Covernya udah banyak aku lihat di mana-mana. Tapi baru punya kesempatan untuk bacanya sekarang. Aku baca juga karena ada salah satu mutualku yang baca juga, dan karena waktu itu bingung mau baca apa, jadi aku ikut baca juga dan kebetulan bisa langsung pinjam di Libby. Oke, jadi ternyata buku ini bercerita tentang kisah remaja bernama Julie dan Sam. Mereka sepasang kekasih, tapi mereka masih SMA. Terus suatu ketika ada kejadian yang membuat Sam ini kecelakaan dan meninggal. Sumpah aku ga terlalu memperhatikan bagian sinopsis, jadi agak kaget (ini bukan spoiler ya). Lalu entah bagaimana caranya, mereka terhubung lagi lewat telepon. Dan anehnya, telepon yang bisa digunakan cuma telepon milik Julie aja. Jadi Julie setiap hari telponan sama Sam. Apa aja masalahnya selalu dikasih tau ke pacarnya. Tapi jadinya Julie jadi susah move on, dan itu berbahaya. Sebenernya aku nggak terlalu nangis. Sedih, tapi aku nggak bisa relate. A

The Poppy War (Perang Opium)

    5/5⭐⭐⭐⭐⭐ Baiklah. Walaupun aku sedikit tidak siap, tapi aku tetep akan nulis. Mumpung masih inget dan semangat. (⚠️Spoiler warning!⚠️) Oke. The Poppy War adalah sebuah series trilogy dari penulis asal China, Rebecca F. Kuang. Buku yang kedua berjudul The Dragon Republic, dan yang ketiga adalah The Burning God. Awalnya, kupikir sampul buku versi Indonesia (yang terpampang di atas) itu adalah sampul asli dari buku aslinya. Ternyata nggak, ternyata sampul aslinya warna putih. Padahal selama ini aku mengenali The Poppy War dari sampulnya yang ini, yang terbakar, keren. Tapi sampul tuh nggak masalah, walaupun aku sebenarnya mau bilang kalau aku pribadi lebih suka sampul versi Indonesia hehe <3 Seperti biasa, dalam rangka menghemat pengeluaran, aku baca buku ini dari Gramedia digital. Jumlah halamannya 565. Iya. Aku serius. Dan tentu saja mataku pedes, kepalaku pusing. Tapi ya mau gimana lagi. Aku merasa ini worth it, gapapa uangnya bisa buat ditabung untuk beli buku kedua dan