Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2023

Sang Alkemis (The Alchemist)

  4/5⭐⭐⭐⭐ Oke jadi pertama-tama, ini bukunya lumayan tipis cuma 221 halaman. Bisa dibaca cepet, tapi kalau aku sih tetep enggak bisa kalau dibaca sekali duduk. Aku baca buku ini atas rekomendasi seorang booktwt yang muncul di twitter, di litbase juga. Jadi aku penasaran dan waktu itu aku baru di perjalanan baca buku Sylvia’s Letters. Setelah selesai baca buku Sylvia, aku kemudian langsung baca Sang Alkemis. Untung ada di gramdig, jadi nggak perlu nunggu check out dulu baru bisa baca. Di bagian awal, ada seperti pembuka gitu, tulisannya tentang Yesus dan Maria. Lalu di bawahnya ada tulisan “Lukas 10: 38-42”. Lalu aku berpikir mungkin buku ini berisi tentang ajaran-ajaran Kristiani (?). Terus di prolog juga aku nggak paham, jadi aku putuskan untuk lanjut baca aja. Ceritanya tentang anak laki-laki gembala domba yang suka jalan-jalan, traveling gitu. Suatu hari dia dapat mimpi, tentang harta karun. Lalu dia coba untuk cari tau arti mimpinya, dan disuruh untuk mengikuti kata mimpi ter

Sylvia's Letters

  4.8/5⭐⭐⭐⭐⭐ (spoiler) Aku tertarik buat baca novel ini karena letters. Iya surat. Di belakang bukunya ada kalimat “Ada surat-surat yang takkan pernah dikirim. Ada surat-surat yang telah dikirim dan mungkin tak pernah dibaca penerimanya.” OH WOW, keren banget kan? And you know, I have unhealthy obsession with letters. Yeah. That’s why I have some penpals. Oke back to the book. Buku ini tebalnya 194 halaman. Lumayan tipis ya. Dan aku berhasil menamatkannya dalam waktu 1 harian. Satu hari-satu malam maksudnya ya. Karena jujur penuturan penulisnya bagus. Bahasanya mudah dimengerti dan tokoh Sylvi ini lucu dan relate sama aku. Nah, di bagian awal buku, Sylvi udah nulis email untuk gurunya gitu, dia ngirim tugas. Di situ udah tertarik lah karena emang penggambaran si tokoh Sylvi ini dapet banget. Udah gitu, ternyata si Sylvi nulis surat buat gebetannya yang dipikirnya nggak akan mungkin bisa kenalan. Intinya dia jadi secret admirer, pengagum rahasia, dan nulis surat itu untuk gebe

Tokyo & Perayaan Kesedihan

 (spoiler) 4/5⭐⭐⭐⭐ Aku baca buku ini karena judulnya cantik. Dan sampulnya bagus. Aku nggak ingat kepengen baca buku ini karena liat orang lain baca ini. Biasanya aku baca buku emang karena penasaran dari omongan orang lain. Tapi buku ini enggak ada di wishlist aku. Cuma karena tiba-tiba muncul aja jadi kepengen baca. Dan ternyata tidak mengecewakan. Bukunya bagus, padahal aku nggak expect apa-apa sama buku ini. Aku pikir bakal biasa aja gitu, soalnya di bagian awal aku kurang suka. Di awal, penulisannya kan pake bahasa baku, tapi kata ganti orang pertamanya ‘gue’ jadi lumayan aneh dibacanya. Itu pendapatku pribadi sih, ya. Tapi makin ke belakang ternyata semakin enak aja dibaca. Berarti penulisnya keren. Kata temenku, cover bukunya cantik seperti ukiran di kayu. Aku setuju sih. Nama penulisnya juga cantik (Ruth Priscilia Angelina). Dan di dalam buku ada banyak foto-foto di Jepang gitu. Rasanya seperti beneran dibawa masuk ke sana. Dan vibesnya sangat terasa. Aku nggak menyangk

The Comfort Book

  (sumber cover buku dari gramedia digital) 3.8/5⭐⭐⭐⭐ Aku mulai bacanya tanggal 19, waktu selesai baca Piggy. Btw aku sebenernya lagi baca Series Mata juga, tapi malah selingkuh sama buku ini. Gatau ya ini nanti mana dulu yang bakal kutamatin. (SOalnya aku nulis kalimat ini sebelum kedua buku itu selesai dibaca alias tanggal 19 nulisnya) (Aku seneng kalau lagi sedih soalnya jadi produktif baca dan nulis) Setelah aku suka The Midnight Library, aku jadi penasaran buku Matt Haig yang lain. Jadi aku nemu rekomendasi buku ini dari litbase (Literary Base di twitter). Buku ini punya 276 halaman. Isinya di bagian awal buku sih pendek-pendek gitu. Tapi belum tahu nanti kebelakangnya. Soalnya pas nulis ini aku baru sampe halaman 21. Ada kalimat bagus di bagian kata pengantar; “Rasanya seperti sebuah paradoks aneh, betapa banyak darri pelajaran hidup yang paling jelas dan paling menghibur itu malah didapat ketika kita sedang berada dalam kondisi paling terpuruk di dalam hidup.” Haduh ini pe

something that made you alive

This isn't my usual writing about books, but I just wanted to write it here. My pen-friend once ask me. "What is something that make you feel most alive?" And that simple question make me thinking a little bit longer. I don't really have an answer for that. So, I decided to answer, that writing is something that make me feel alive. I don't lie tho. It's a fact. Writing always an escape for me. From life that not always be so kind. I write. I read. I daydreaming. Because, sometimes, when you feel really down, stres, don't know what to do, don't have anything nice, you still have something to write. Am I right? I think you still have your random thoughts that always worthy to write. Write it down. Write it all. Write everything you feel. Write something that bother you. No one cares, literally no one. And the end, you can feel okay after knowing that you can write. You can read it someday, when you look back at the moment when you feel so low. And that&#

Wesel Pos

(sumber cover buku dari gramedia digital) 4/5 ⭐⭐⭐⭐ Wesel Pos karya Ratih Kumala aku mau kasih 4/5 bintang. Ceritanya seru dan unik karena sudut pandangnya dari si wesel pos lecek. Jadi sudut pandangnya dari benda. Tokohnya lucu dan lugu dan relate sama kehidupan sehari-hari. Namanya Elisa sama Kak Fahri. Aku tertarik baca semenjak tau wesel pos itu kan buat kirim uang lewat kantor pos. Jadi aku penasaran. Ternyata ceritanya nggak ada hubungan yang erat banget gitu sama si wesel pos-nya. Malah ceritanya tuh menceritakan kehidupan tokoh Elisa sama Fahri yang dulu make wesel pos untuk kirim uang. Udah gitu aja sih. Tapi ya berbagai masalah ada hubungannya sama wesel pos misal tentang alamat yang tertera di wesel pos itu. Aku baca di Desember 2022, padahal halamannya sedikit cuma 100-an. Biasanya bisa cepet tapi karena aku sok sibuk jadi baru selesai hari ini bacanya. Seneng deh karena berhasil namatin buku bagus tuh. Aku pikir endingnya bakal happy ending tapi ternyata ga sesuai bay